Menciptakan Sejarah Kita Sendiri
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramoedya Ananta Toer)
HARI Sabtu (10/11) lalu adalah sebuah hari yang sangat bersejarah dalam perjalanan kepenulisan saya. Bersejarah, karena pada hari itulah tulisan saya untuk yang pertama kalinya dimuat oleh salah satu media cetak lokal di Luwuk, yakni Luwuk Post. Luwuk Post adalah bagian dari Jawa Post News Network.
Waktu itu, saya menulis sebuah opini panjang yang berjudul "Tarbiyah (Harus) Menjawab Tantangan Zaman, Sebuah Otokritik Bagi PKS Kabupaten Banggai". Mungkin karena saking panjangnya, tulisan itu sampai harus dibagi menjadi dua bagian alias bersambung.
Ide dari tulisan tersebut hanyalah sekedar penyegaran sekaligus evaluasi tarbawi bagi gerakan Tarbiyah yang ada di Indonesia, khususnya di Kabupaten Banggai, dalam merespon perkembangan zaman yang makin sarat dengan tantangan ini. Termasuk melakukan kilas balik dua puluh lima tahunan ke belakang terhadap kiprah dan review terhadap periodeisasi gerakan Tarbiyah di Indonesia selama kurun waktu tersebut.
Saya sadar, bahwa bahasan ini tergolong cukup berat dan kurang terlalu diminati bagi orang kebanyakan. Bahkan tulisan saya ini bisa dikatakan tergolong 'rawan' akan kritikan dan bukan tidak mungkin, kecurigaan. Demikianlah jelas teman saya yang membaca tulisan saya itu. Namun, saya tidak ingin menulis hanya karena ingin menyenangkan semua pihak. Saya menulis karena saya ingin menyuarakan apa yang saya pikirkan dan rasakan. Kegundahan saya, kecemasan saya, termasuk harapan-harapan saya terhadap perkembangan gerakan ini di masa depan. Adapun jika ada yang ingin mengkritisi, mencaci-maki, mencurigai dan sejenisnya, maka saya siap untuk meladeninya. Tentu saja dalam ruang dialog yang sama, yakni dalam bentuk tulisan dan bukan tudingan-tudingan yang penuh dengan kecurigaan yang dangkal dan tidak ilmiah.
Oleh karenanya, saya tidak ingin merasa puas sampai pada titik ini saja. Ke depannya, saya menargetkan untuk bisa mencantumkan tulisan saya di media tersebut setidaknya dua kali dalam sebulan. Target ini mengharuskan saya untuk menggesah diri lebih maksimal lagi. Salah satunya ialah dengan lebih banyak membaca dan menganalisa perputaran dunia ini secara lebih cermat dan cerdas dari sudut pandang gerakan Tarbiyah.
Tentu saja, ikhtiar ini harus didahului dengan mengikhlaskan niat saya dan memfokuskan orientasinya pada perbaikan ummat. Saya berharap, coretan kecil ini bisa menjadi seruan yang gaungnya bisa memenuhi salah satu sudut sejarah manusia. Karena baru inilah yang saya bisa lakukan di sela keterbatasan saya sebagai manusia biasa. Semoga Allah meridhoi ikhtiar saya ini. Amin ya rabbal 'alamiin. Dan kepada Anda semua saya serukan: Ayo menulis! Dan ciptakanlah sejarahmu sendiri.
Datu Adam, November 2007
0 celoteh:
Posting Komentar