Di suatu masa yang akan datang, kau dan aku. Saat usia telah menua, ketika raga mulai merenta, dan uban mewarna di kepala. Cinta tak lagi terukur lewat renjis tawa di udara, atau tingkah polah khas remaja. Tapi cinta jiwalah yang mengejawantah setiap langkah kita.
Di suatu masa yang akan datang, kau dan aku. Saat celoteh anak dan balita tak lagi mengisi hari, hanya sepi yang kan kita rasai. Kusesap aroma tubuhmu yang manis, di sela sore bertabur gerimis. Kau belai rambut di kepalaku yang kian menipis, kuraba jemarimu yang makin terkikis.
Di suatu masa yang akan datang, kau dan aku. Tak banyak yang bisa kita lakukan, hanya kedua mata yang saling berpandangan. Senyummu masih sama seperti dulu; sederhana, bersahaja, nan malu-malu.
Di suatu masa yang akan datang, kau dan aku. Kita mengenang kebersamaan yang telah lewat, meski berbilang tahun namun serasa begitu dekat.
Di suatu masa yang akan datang, kau dan aku. Meski genggamanku tak lagi kuat dan pelukanku tak lagi erat, namun cinta di dalam hati ini kan selalu tsabat, meluap-luap, kukuh, dan hangat. [wahidnugroho.com]
Tanjung, Januari 2012
0 celoteh:
Posting Komentar