Ada banyak sekali simpul-simpul kebahagiaan dalam diri saya,
dan buku adalah salah satunya. Buku, bagi saya, adalah salah satu sumber
kebahagiaan hidup. Memandangi tumpukan dan jejeran buku di lemari mungil saya
menghadirkan kebahagiaan tersendiri bagi saya. Membuka-buka halamannya, merasai
bau khasnya, serta membaca kembali catatan-catatan kecil yang biasa saya buat
di setiap lembarnya menambah kadar kebahagiaan itu menjadi berlipat ganda. Apalagi
bila saya berhasil menamatkan sebuah buku, bahagianya sungguh tidak kepalang.
Ada kebiasaan kecil yang biasa saya lakukan ketika membeli
buku. Saya akan menstempel buku itu dengan sebuah cap berwarna merah yang bertuliskan
“Buku Ini Milik Wahid Nugroho” beserta nomer seluler saya di bawah tulisan itu.
Buku yang baru saya beli biasanya akan saya bubuhi tanda tangan pada lembar
pertamanya serta tanggal, bulan, serta tempat saya mendapatkan buku tersebut. Jika
saya sudah menamatkan sebuah buku, biasa pada halaman terakhirnya akan saya
tuliskan tanggal serta tanda tangan sebagai pengingat bahwa saya pernah
menamatkan buku tersebut pada tanggal, bulan dan tahun sekian. Poin terakhir
ini tidak selalu saya lakukan melainkan sesekali saja.
Siang ini, sepulang dari pantai bareng anak dan istri, saya
memutuskan untuk merapihkan koleksi buku saya. Aktivitas yang sudah cukup lama
saya tinggalkan karena kesibukan dan kemalasan. Sambil melap kover buku dengan
tisu basah dan kering, aktivitas beberes itu saya sambi dengan membuka-buka
beberapa buku yang sedang saya timang.
Ada buku Najib Kailani berjudul Meretas Kebebasan yang saya
beli ketika Prajab di Manado tahun 2007 yang lalu. Atau buku berjudul Lelaki
Penggengam Hujan-nya Tasaro GK yang saya habiskan dalam sehari semalam saat
mengantar istri ujian CPNS di Palu tahun 2010 yang lalu. Saya selalu
menyempatkan diri membeli buku ketika bepergian kemanapun. Saya juga selalu membawa
buku kemanapun saya pergi.
Saya sangat suka memandangi deretan buku di dalam lemari
kecil saya. Sesekali saya mengeluarkan beberapa di antaranya untuk dibersihkan
atau sekedar dibaca-baca ulang. Meresapi segenap kenangan yang terjadi ketika
buku itu pertama kali saya beli atau baca. Terkadang, saya hanya memandangnya. Membacai
judul, penulis dan penerbitnya saja sudah menjadi semacam ekstase tersendiri
bagi saya.
Suatu hari, saya pernah berkata kepada istri saya perihal
buku-buku ini.
“Aku ingin supaya anak-anakku nanti suka baca buku. Aku gak
peduli mereka mau rangking sepuluh atau rangking satu. Aku berharap mereka suka
sama buku.”
Dan salah satu pemandangan yang sangat membahagiakan bagi
saya adalah ketika melihat anak-anak saya itu tumbuh dan berkembang dengan
buku-buku yang ada di sekitarnya. Tak mengapa mereka mencoreti, menggambari
serta merusak beberapa buku koleksi saya, walau – jujur saja – terkadang saya
dibuat sedikit kesal karenanya. Tapi rasa kesal yang sedikit itu tak sebanding
dengan kebahagiaan yang saya rasa.
Saya sering bercerita kepada istri perihal masa depan
buku-buku saya itu. “Saya ingin membuat perpustakaan pribadi”, aku saya kepada
istri. Kelak rumah kita tak butuh hiasan dinding, tak perlu ada foto-foto atau
pernak-pernik lainnya, karena hanya akan ada buku-buku yang mengisi setiap
sudut dan sisinya. Kelak rumah kita tak butuh banyak perabot kecuali hanya
lemari-lemari kayu yang berisi buku, atau meja-meja kecil yang disesaki buku.
Ketika tetamu datang, maka buku-buku yang berbaris di
dindinglah yang akan menyambut pandangan mata mereka. Cover-covernya yang sudah
terdata rapi. Aroma khas kertasnya yang bercampur dengan minyak dan keringat
yang merembesi kulit jemari. Di sudut ini akan saya isi dengan buku-buku agama.
Di sisi yang lain akan saya isi dengan buku-buku sejarah. Di sisi sebelah sana
akan saya isi dengan buku-buku sastra.
Ah, berkisah tentang buku memang takkan ada habisnya. Apalagi
bila kehadirannya berbanding linear dengan kadar kebahagiaan di dalam jiwa. Saya
akan sudahi celotehan tanpa makna ini, karena kerinduan saya dengan buku sudah
begitu membuncah dan menuntut saya untuk segera membacanya.
Bagaimana dengan Anda? Hal kecil apa yang bisa membuat Anda
bahagia? [wahidnugroho.com]
H2, Juni 2012
0 celoteh:
Posting Komentar