Ini sebenarnya agak sedikit memalukan, tapi, baiklah, saya
akan membuat sebuah pengakuan kecil lewat tulisan ini. Hari Selasa (3/7) besok
saya diundang sebagai pembicara dalam sebuah pelatihan jurnalistik yang
diadakan oleh sebuah organisasi kemahasiswaan di Luwuk. Sebuah kehormatan,
tentu saja. Tapi juga membuat saya bertanya-tanya, gerangan dasar apa yang
membuat mereka mengundang saya?
Saya bukan seorang penulis beneran. Saya belum pernah
menerbitkan buku, kalau sekedar ebook ecek-ecek sudah pernah sekali lah.
Saya hanya orang yang suka menulis, entah di notes handphone, atau
minimal di blog. Tulisan-tulisan saya hanya berisi ceracauan dan
celotehan yang kadang saya sendiri tidak percaya bahwa saya telah menulisnya. It’s
hard for me to believe that i’ve just made an article of my own.
Beberapa pekan sebelum permintaan itu hadir, seorang ustadz
meminta saya untuk menulis sebuah buku, buku apapun. Saya merasa tidak percaya
diri dengan permintaan itu dan sampai hari ini saya masih belum mendapatkan wangsit
buku kayak apa yang bakalan saya tulis? Namun ketika mendengar
permintaan teman saya untuk menjadi narasumber pelatihan itu tempo hari, saya
merasa bahwa ini adalah momen terbaik bagi saya untuk bangkit dan berbenah.
Semacam spirit booster, soul trigger, or whatever they
call it, agar saya benar-benar dapat memanfaatkan waktu produktif saya
menjadi sesuatu yang bernama sesuatu – err.. maaf, saya belum dapat
redaksi ciamiknya, jadi saya redaksikan sebagai “sesuatu” untuk sementara.
Dan begitulah. Paska hari itu, saya mulai membuka-buka
kembali arsip lama saya yang bertutur tentang dunia tulis menulis. Saya mulai
melahap buku-buku yang telah lama saya abaikan di sudut-sudut rumah kontrakan
saya yang berdebu. Saya mulai kembali berselancar di dunia maya untuk mencari
tambahan referensi agar apa yang saya sampaikan esok – at least – bisa sedikit
lebih berbobot ketimbang saya mengoceh tak jelas dan tak tahu arah. If you
know what i mean.
Oleh karenanya, dalam tulisan ini saya ingin mengucapkan
terima kasih yang setulusnya kepada teman-teman panitia yang telah mengajukan
saya sebagai narasumber esok karena permintaan itu – bagaimanapun – telah
membangunkan kembali spirit yang telah lama terpendam – cia elah –
dengan ketidakpandaian saya memanajemen waktu selama ini (Wow! Sebuah kalimat
yang panjang!). Ada semacam rasa penyesalan yang menggumpal di dalam dada ketika
waktu-waktu yang terlewat itu tidak dimaksimalkan semestinya untuk mengasah
kecintaan saya terhadap dunia literasi ini. Dunia yang telah mengisi nyaris
seperempat usia saya sampai sekarang.
Evaluasi ini memang sedikit terasa menyesakkan dada dan saya
harus berbesar hati untuk mengakui kelalaian saya selama ini terhadap apa yang
seharusnya saya lakukan. Semoga Allah ringankan dada ini untuk menerimanya dan
semoga Allah melapangkan jiwa-jiwa para peserta esok, sebagaimana jiwa saya
yang tengah lapang saat ini, agar bisa menjadi penulis-penulis yang mampu
menggerakkan pembacanya untuk berbuat kebaikan.
Semoga acara esok berlangsung dengan lancar. Dan semoga semua peserta esok tidak makin tersesat dengan celotehan saya. Amin. [wahidnugroho.com]
H2, Juli 2012
0 celoteh:
Posting Komentar