Najib ibn Ibrahim ibn Abdul Lathif al-Kailani. Sastrawan Mesir
ini lahir di desa Syarsyabah pada bulan Muharram 1350 H, atau pada bulan Juni
1931 M. Kampung halamannya pada waktu itu masih dalam kekuasaan penjajah
Inggris. Ayahnya seorang petani yang memiliki tiga orang anak, yakni Najib,
Amin, dan Muhammad.
Ketika Najib berusia delapan tahun, Perang Dunia II terjadi.
Desa kelahirannya, begitu pula seluruh pelosok Mesir, dilanda bencana serta
krisis ekonomi, politik, serta sosial. Semua kekayaan rakyat dirampas oleh pihak
penjajah Inggris.
Najib banyak dipengaruhi oleh kakek dari pihak ibunya, yakni
Haji Abdul Qadir Al Syafi’i. Ia merupakan seorang lelaki shaleh yang berprofesi
sebagai pedagang besar dan dikenal juga sebagai seorang hafidz (penghafal) Qur’an.
Di tangannyalah Najib kecil mendapatkan banyak tempaan.
Pada usia delapan, Najib memasuki sekolah di Syanbath. Kendati
di awal ayah Najib cemas kalau-kalau ia tidak mampu membiayainya, namun pada
kenyataannya Najib mampu menyelesaikan sekolah di sana. Najib kemudian
meneruskan sekolah menengahnya di kota kecil Thantha selama lima tahun. Setelah
lulus dari Thantha, ia meneruskan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas
Fuad Al Auwal. Sebenarnya Najib lebih menyukai kuliah di Fakultas Adab atau
Hukum, namun ayahnya lebih menyukai ia kuliah di kedokteran.
Empat tahun kemudian, semasa menjadi mahasiswa, ia
dijebloskan ke penjara selama tiga tahun karena keikutsertaannya dalam kelompok
Al Ikhwan Al Muslimun sejak tahun 1955 sampai 1958. Sekeluarnya dari penjara,
ia meneruskan studinya kembali. Hanya saja, pada tahun 1965 ia kembali
dijebloskan ke penjara selama dua tahun.
Pada tahun 1967, Najib pindah ke Kuwait dan bekerja di sana,
kemudian pindah lagi ke Dubai. Setelah berkali-kali dipindahtugaskan, Najib
akhirnya diangkat menjadi Direktur Kementrian Kesehatan untuk UniEmirat Arab. Ia
juga merupakan salah satu anggota Lembaga Kesenian untuk negara-negara Teluk
dan aktif dalam pelbagai seminar dan kajian tentang kesehatan dan sastra.
Semasa mudanya, Najib sangat rakus membaca. Ia melahap semua
bacaan seperti Ar Risalah, Ats Tsaqafah, Al Hilal, dan lain-lain. Dia juga
banyak belajar dari pengarang terkenal lainnya seperti Sayyid Quthb, Mustafa
Sadiq Ar Rafi’i, Al Mazani, Al Aqqad, Taufik Al Hakim dan lain-lain. Selain itu,
ia juga menyukai sajak-sajak Al Mutanabbi, Syauqi, dan Hafidh Ibrahim.
Sebagai seorang sastrawan yang ternama di Mesir, ia telah
banyak menghasilkan novel di antaranya Al Ardhu Al Anbiya, Hikayah Jadu Allah,
Hamamatu Salam, Dam Lathir Shohiyun, Aladzina Yahtariqun, Ra’su Syaithan, Al Dhil
Al Aswad, Al Thariq Ath Thawil, Thola’i Fajr, Azda Jakarta, Qatil Hamzah,
Layali Turkistan, Nida Al Khalid, Ala Abwabi Khaibar, Amaliqah Asy Syamal, Fi
Al Dhalam, Lail Al Khothoya, Mawakib Al Ahrar, Nur Allah, Al Yaum Al Maw’ud,
dan masih banyak yang lainnya.
Selain novel, Najib juga menghasilkan antologi cerpen
seperti Dumu’u Al Amir, Hikayat Thayibah, Inda Al Rahil dan Mau’iduna Ghadan.
Najib juga pernah membuat sebuah sandiwara berjudul Ala Aswaari Damsyiq, yang
terdiri dari empat babak. Sandiwara itu ditulisnya ketika ia masih dalam
penjara, yang menceritakan tentang peperangan bangsa Tartar dengan kaum
muslimin. Di antara tokohnya adalah Ibnu Taimiyah yang menggelorakan semangat
jihad kaum muslimin.
Sementara itu, Najib juga menghasilkan banyak karya nonfiksi
antara lain; Haula Din Wa Daulah, Ath Thariqi Ila Ittihad Islam, A’daa Al
Islamiyah, Al Mujtama’, Al Maridh, Iqbal Al Sya’ir, Al Islamiyah wal Al
Madzhahib Al Islamiyah, Al Islam wa Al Jins, serta Syauqi fi Rakhbi Al
Khalidin.
Pada tahun 1957, Najib pernah mendapat penghargaan dari Menteri
Pendidikan dan Pengajaran Mesir atas novelnya Ath Thariq Ath Thawil. Kemudian pada
tahun 1958 Naji mendapatkan penghargaan dari pihak yang sama atas novelnya Fi
Al Dholam serta buku non fiksinya yang berjudul Iqbal Al Sya’ir Ats Tsaair, Syauqi
Fi Rakhbi Al Khalidin, dan Mujtama Al Maridh. Dan pada tahun 1959 ia juga
mendapatkan penghargaan medali emas atas antologi cerpennya yang berjudul Mau’iduna
Ghodan dari Festival Thaha Husein.
Pada tahun 1960 Najib memenangi sayembara penulisan novel
yang diselenggarakan oleh Lembaga Tertinggi Pemeliharaan Seni dan Sastra untuk
novelnya yang berjudul Al Yaum Al Maw’ud. Pada tahun 1979 karyanya yang
berjudul Qatilul Hamzah memenangkan sayembara penulisan novel yang diadakan
oleh Lembaga Bahasa Arab. Pada tahun 1980 Najib juga mendapatkan penghargaan
dari pemerintah Pakistan atas bukunya Iqbal Asy Sya’ir Ats Tsaair yang membahas
tentang syair-syair revolusioner. Najib meninggal karena sakit pada tahun 1993. [wahidnugroho.com]
H2, Agustus 2012