Mbak Azka dan Ci Fidel, putri pertama dan ke dua saya, sedang
bermain di teras rumah. Semua mainan dari dalam rumah dikeluarkan dan dihambur
di teras yang tidak terlalu luas itu. Sementara adik bungsu mereka, Gendis,
melihat kedua kakak perempuannya yang sedang asyik bermain dari arah pintu yang
dipasangi pele-pele papan. Saat bermain, ketiga anak perempuan saya
tidak mengenakan jilbab mungil mereka yang berhamburan di nyaris seluruh sudut
rumah. Entah kenapa, saya justru merasa malu ketika melihat ketiga putri saya
tidak memakai jilbab saat mereka bermain di luar rumah, even cuman di teras. Beginikah
perasaan orangtua yang punya anak perempuan?
Saya tidak tahu secara saya masih orangtua kemaren sore,
nubitol pakingsit dalam urusan kayak beginian.
Itulah sebabnya saya selalu menyampaikan kepada istri, bahwa
anak-anak kita semuanya perempuan. Karena mereka perempuan, maka kita harus
mendidik mereka untuk menjadi muslimah yang baik. Membiasakannya dengan hal-hal
baik, mengajarinya hal-hal yang laik untuk dilakukan, dan memberitahunya
hal-hal yang perlu dihindari sembari menjelaskan alasan-alasannya kenapa
hal-hal itu perlu untuk dihindari. Salah satu tema besar yang selalu menjadi
concern kami dari awal adalah soal membiasakan anak untuk menutup aurat.
Mereka memang masih sangat kecil, bahkan masih tergolong
balita. Tapi saya merasa bahwa pembiasaan untuk menjaga aurat itu perlu dimulai
dari sekarang. Biar saja orang lain mau komentar apa soal kebijakan ini, tapi
saya merasa bahwa pembiasaan ini perlu untuk ditanamkan dalam benak anak-anak
sedini mungkin. Bahwa ketika mereka di luar rumah, maka boleh melepas jilbab. Namun
ketika ada temanya yang datang, seperti anak lelaki tetangga yang kerap datang
mengaji ke rumah kami, maka mereka harus memakai jilbabnya. Pun ketika bermain
di luar rumah, seperti di teras misalnya, atau ketika jalan bareng umminya ke
warung, maka jilbab harus melekat erat di atas kepalanya dan dijulurkan sampai
ke dada.
Pembiasaan ini memang bukan hal yang mudah. Yang namanya
anak-anak pun kadang pengennya ngelakuin hal yang simpel dan ribet. Apalagi dengan
kondisi lingkungan, such as oma dan mbahnya yang gak gitu care soal ini, serta kondisi
ortu lain yang justru mengumbar aurat putri-putri mereka dengan menggunakan
pakaian-pakaian yang minim bahan. Tapi saya dan istri berusaha untuk tidak
bosan-bosannya mengingatkan mereka untuk menutup auratnya ketika keluar rumah
dan tetap bergeming dengan excuse apapun yang hadir di telinga kami.
Perkara menjaga aurat anak bisa jadi bagi sebagian orang
adalah perkara remeh, sehingga mereka melakukan pembiaran dan pemakluman
terhadap anak-anaknya, entah itu lelaki atau perempuan. Tapi bagi saya dan
istri, ini adalah perkara yang besar. Ini adalah perkara penting yang harus
kami jaga dan perhatikan sebaik-baiknya, karena ini adalah urusan martabat dan salah
satu cara mengukur harga diri mereka sebagai seorang muslimah di masa depan
kelak.
Semoga usaha kecil ini mendapatkan kemudahan dari Allah dan
semoga Allah sentiasa menjaga anak-anak kita. Amin. La haula walaa quwwata illa
bilaah. [wahidnugroho.com]
Kilongan, September 2013
0 celoteh:
Posting Komentar