Pillow Talk, itu bukan berarti ngomong sama bantal, bukan juga
ngomongin bantal dan segala problematikanya yang bisa jadi nggak
penting-penting banget. Pillow Talk, menurut saya, adalah salah satu momen paling
intim yang perlu dimiliki oleh tiap-tiap pasangan suami istri. Kenapa saya bilang
intim? Ya karena omongan ini hanya beredar di antara suami dan istri aja.
Temanya lumayan beragam dan kadang nggak fokus. Mulai dari kerjaan
di kantor, hal-hal sepele di perjalanan, gak terkecuali ngomongin orang lain. Kadang
juga ngomongin hal-hal yang berbau, err gimana meredaksikannya ya, seks gitu
(aih malu), kadang juga ngomongin soal masa depan anak-anak, atau ngevaluasi
pribadi pasangan masing-masing, dan gak jarang obrolan ini berujung pada, duh
jadi nggak enak nih nulisnya hehehe, hubungan suami istri.
Lho, kenapa ada istilah “nggak jarang berakhir dengan
hubungan suami istri”? Karena ketika kita (kita?) lagi Pillow Talk, nggak
mungkin lah ngelakuinnya sambil tidur terentang dan mandangin langit-langit
rumah yg polos dan tangannya diem aja. Ya paling nggak Pillow Talk itu dilakuin
sambil saling memeluk tubuh satu sama lain, membelai-belai rambutnya yang harum,
meremas-remas jemarinya yang halus, memijat-mijat, bahkan sampai menyentuh
bagian-bagian intim dari pasangan kita masing-masing dan nggak jarang berakhir
dengan... halah terusin sendiri deh....
Hais, jadi pengen cepet pulang hehe..
Pillow Talk ini bisa jadi semacam ritual rutin yang dimiliki
oleh pasangan suami istri, tak terkecuali mereka yang menjalani Long Distance Relationship
atau LDR. Bedanya, mereka yang menjalani LDR hanya bisa bersua lewat udara dan
kulit tubuh mereka tidak bisa saling menyapa (ahay).
Saya pribadi suka mengawali tidur malam kami dengan Pillow
Talk. Ketika anak-anak sudah tidur semuanya, kendaraan sudah dikandangkan, dan
hal-hal lain sudah diselesaikan, atau ditunda untuk diselesaikan keesokan
harinya, mulailah kami berdua ngobrol. Obrolan itu kadang berdurasi panjang,
kadang singkat kalo pas lagi capek. Kadang saya banyak berbicara sampai istri
saya tertidur, lalu saya kembali meja kerja saya di kamar tengah dan nerusin
kerjaan saya. Kadang saya duluan yang tertidur ditemani elusan lembut istri di
kepala saya.
Momen ini gak jarang menjadi momen of truth. Kadang saya
bisa menggali informasi rahasia dari istri saya, sambil saling berjanji untuk
tidak saling membocorkannya, tapi istri saya boleh dibilang jarang banget mampu
menggali informasi rahasia dari saya hehe... Nggak adil ya? Saya nggak tau kalo
ini benar atau salah, tapi saya selalu punya prinsip bahwa Jujur itu bukan
berarti mengatakan segala-galanya. Jadi ketika saya berkata jujur kepada
siapapun, itu bukan berarti saya telah mengatakan segala yang saya tahu
kepadanya. Orang bilang itu namanya Rahasia Lelaki. Bahwa setiap lelaki di atas
muka bumi ini pasti punya rahasia yang bahkan pasangannya sendiri tidak
mengetahuinya. Rahasia tentang apa? Saya nggak tau dan nggak tertarik untuk tau
hehe...
Yang pernah baca cerita Profumo Affair-nya Christine Keeler
feat John Profumo pasti tau lah, mengapa Pillow Talk bisa jadi momen of truth. Jadi
si Christine ini adalah seorang agen rahasia Sovyet yang menyamar sebagai
pelacur di Inggris dan berhasil menguak rahasia-rahasia negara ketika doi lagi ngamar
(halah bahasanya) bareng Menteri Pertahanan Inggris ketika itu yang bernama
John Profumo. Makanya skandal ini disebut Profumo Affair, secara kalo nama
menhan Inggris itu Joko pasti namanya bakalan jadi Joko Affair hehe (nggak
lucu). Bagi Anda yang suka nonton film-film holiwud, kadang ada adegan-adegan
ketika sang agen (perempuan/lelaki) berhasil mendapatkan informasi berharga
saat mereka lagi beradegan syur dengan sumber informasinya (hayoo, sering
nonton film James Bond dan semacemnya kan? Hehe).
Lho kok jadi ngelantur gini ya?
Ehem. Jadi inti dari tulisan ini adalah bahwa bagaimanapun
permasalahan hidup berumah-tangga mendera hari-hari kita, sehingga kita jadi
capek, stress, pusing, dan tekanan batin dibuatnya, selalu ada cara untuk
menetralisir semua permasalahan itu sebelum diselesaikan satu demi satu. Cara itu
adalah Pillow Talk. Karena kadang tidak semua masalah harus diselesaikan
kecuali dengan dibicarakan. Ada hal-hal yang mengganjal dan tak kunjung menguap
hanya karena tidak dibicarakan/diungkapkan/disampaikan. Dan bila sepasang suami
istri sudah jarang memprioritaskan waktu mereka untuk bicara dari hati ke hati,
melepaskan ego-ego sepele dan hal-hal nggak penting, maka tunggu saja bom waktu
bernama prahara rumah tangga yang gak jarang berujung pada perceraian, na’udzubillahi
min dzalik. Makanya sampe ada iklan sebuah produk minuman yang menggunakan
tagline Mari Bicara. Karena hidup kita saat ini sudah sangat gaduh dan padat,
sehingga momen-momen intim yang limited edition with unlimited action itu,
iykwim, sudah sangat sulit didapatkan.
Selaku suami, saya merasa sentuhan dan perhatian yang
diberikan istri saat Pillow Talk ibarat selimut yang diberikan Khadijah r.a
kepada Nabi Muhammad saw ketika beliau baru saja menerima wahyu di Gua Hira.
Rasulullah yang gemetar dan ketakutan dengan apa yang baru saja dialaminya,
langsung merasa tenang ketika ada sosok istri yang menetralisir kegundahan
hatinya. Seperti seorang anak yang ketakutan dan langsung merasa tentram ketika
ia melihat ada sosok orangtua di sisinya. Tak heran bila sahabat sekelas Umar
ra yang begitu keras dan tegas pernah berkata, “Jadilah kalian seperti
anak-anak di hadapan istri kalian.”
So, let’s talk. [wahidnugroho.com]
Kilongan, September 2013
0 celoteh:
Posting Komentar