Jalan Dewi Sartika, Luwuk, hari itu tidak tampak seperti
biasanya. Jalan kecil yang melewati komplek sekolah dan kampus seperti SDN 4,
SDN 5, SKB, SMAN 1 Luwuk, dan Universitas Tompotika tersebut pada hari itu dipadati
kendaraan yang diparkir sembarangan di kedua sisinya. Wajar saja, hari itu
adalah hari pengambilan rapot. Ketiadaan personel Polantas di situ membuat
kondisi lalu-lintas semakin semrawut. Siang itu matari bersinar terik seolah
memanaskan permukaan jalan seperti penggorengan di atas kompor yang sedang
menyala. Oh iya, jalan kecil itu adalah jalan satu arah.
Saya baru saja hendak keluar dari areal parkir gedung
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang berlokasi di depan Universitas Tompotika
untuk suatu keperluan. Istri dan ketiga putri saya sedang berada di areal
gedung itu untuk mengikuti acara pengambilan rapot putri pertama dan ke dua
saya. Sebabnya adalah sebuah mobil truk kontainer yang terjebak di
tengah-tengah jalan karena tumpukan motor, yang saya duga, milik siswa-siswi
SMAN 1 Luwuk yang diparkir hingga nyaris memenuhi badan jalan. Ditambah lagi
dengan mobil yang diparkir di sisi kanan, membuat truk kontainer besar itu
menjadi terjebak. Di belakangnya deretan kendaraan semakin mengular dengan
pengendaranya yang makin resah karena cuaca yang panas, sementara di depan truk
itu terbentang keruwetan yang tak mudah untuk diurai. Suara klakson dari
kendaraan di belakang saya membuat udara Luwuk yang sudah panas menjadi bising
tak karuan. Sambil mengendarai sepeda motor matic, saya mencoba membelah
deretan kendaraan yang memenuhi jalan tersebut dan mencari-cari celah agar bisa
lolos dari kemacetan yang ternyata sudah sangat parah.
Truk besar itu berhenti dengan menyedihkan dan mesinnya,
entah kenapa, dimatikan. Saat hendak melewati truk itu, saya mendapati sebuah
pemandangan yang membuat hati ini terenyuh: supir truk itu, dengan wajahnya
yang tenang, menyeret-nyeret beberapa motor yang diparkir tanpa adab itu satu
demi satu agar jalur yang hendak dilewatinya terbuka. Tergerak dengan usaha
keras sang supir, saya lalu menepikan motor saya ke salah satu "areal parkir" dadakan yang masih terbuka di depan pintu gerbang SMAN 1 Luwuk dan bertanya kepada salah
seorang siswa sekolah itu dimana satpam sekolah itu berada. Mereka menjawab
tidak tahu. Saya lalu berinisiatif dengan memerintahkan para siswa yang sedang lewat
di depan gerbang sekolah itu untuk membantu sang supir menggeser kendaraan teman-teman
mereka yang diparkir sembarangan itu. Saya lalu berjalan ke dalam sekolah dan
menemui tiga orang, sepertinya guru atau tamu yang sedang berdiri di depan
bangunan kantor sekolah itu, dan menanyakan kepada mereka dimana keberadaan
satpam dan mengulangi penjelasan yang sama sebagaimana yang saya sampaikan
kepada salah seorang siswa yang belakangan saat saya kembali ke pinggir jalan
sudah tak nampak batang hidungnya! Anak sialan!
Usai menjelaskan kepada ketiga orang itu, salah satu dari
mereka tampak tergerak untuk membantu saya dan supir itu untuk membuka jalan
bagi truk kontainer yang terjebak di tengah jalan. Maka jadilah supir truk itu,
saya, dan seorang lelaki yang tadi saya ajak bicara di depan kantor sekolah
menjadi sukarelawan dadakan untuk menyingkirkan motor-motor yang diparkir
sembarangan itu supaya kemacetan itu bisa segera diuraikan. Dan memang harus ada yang bergerak untuk
menuntaskan masalah ini bukan? Saya
juga menyeret dua orang siswa SMAN 1 yang sedang melintas untuk turut membantu
kami dengan susah payah saat mendapati banyak dari motor-motor itu dikunci
stangnya. Sementara deretan mobil di belakang truk semakin tampak
memprihatinkan dan motor-motor yang berhasil melewati kemacetan parah itu hanya
melewati kami begitu saja tanpa terpengaruh dengan usaha yang sedang kami
lakukan, ditambah dengan pekikan klakson mobil yang tak henti-hentinya berteriak,
perlahan tapi pasti akhirnya kami berhasil membuka jalan bagi truk besar itu
supaya bisa melintas. Syukurlah. Supir truk itu mengucapkan terima kasih kepada
kami berempat. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada lelaki muda dan dua
orang siswa SMAN 1 yang telah membantu untuk memecahkan masalah ini meski
mereka sebenarnya tidak bertanggung-jawab dengan masalah itu.
Peristiwa pada siang yang panas di ruas jalan Dewi Sartika itu
mengajari saya bahwa di dunia ini masih ada orang baik. Di dunia ini masih ada
orang yang sedia berkorban, meski sebenarnya mereka bisa saja merasa berat
melakukannya – ehem, soal niat ini bukan domain saya –, namun toh pada akhirnya
mereka melakukan perbuatan baik sebatas yang mereka mampu dan tidak memilih
tempat sebagai komentator terbaik kala itu. Semoga Allah memberikan balasan
setimpal atas amal baik mereka hari itu. Hal lainnya, saya jadi sadar, bahwa
tidak semua orang bisa menjadi problem
solver. Saya tidak menuduh orang-orang yang tidak ikut “kerja-bakti” siang
itu sebagai orang-orang yang minus kepedulian. Mungkin ada alasan lain yang
membuat mereka tidak turut serta dengan kerja kecil kami waktu itu. Saya juga mendapati ada wajah-wajah
kecut yang memandang ke arah kami saat kami sedang berjibaku dengan upaya
memindahkan motor-motor itu agar jalan bisa kembali dilewati. Saya tidak bisa
melakukan apa-apa kecuali hanya fokus dengan pekerjaan saya saat itu dan tidak
menghiraukan tatapan sinis mereka. Saya jadi sadar, bahwa saat kita mencoba
berbuat baik maka akan ada orang yang tidak terima dengan perbuatan kita, tapi
itu bukan berarti kita berhenti melakukannya, kan? Mungkin sikap tidak terima
mereka karena ketidaktahuan mereka, mungkin ada penjelasan lain yang saya tidak
mengerti. Tapi itu sepertinya bukan masalah yang harus dibesar-besarkan.
Setelah kemacetan parah itu usai, saya menstarter kembali
motor saya dan berbelok ke jalan DI Panjaitan dan meneruskan perjalanan saya. Tiba-tiba
saja, rongga dada ini dipenuhi dengan kesejukan yang saya tidak mengerti
darimana arah kedatangannya. Moga Gusti Allah ampuni kekhilafan saya karena sudah memisuhi salah satu siswa tadi dan memberikan saya kekuatan hati untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain, sekecil dan seremeh apapun. [wahidnugroho.com]
Kilongan, Juni 2014
Sepeda motor parkir pakai kunci stang? Di Luwuk?
BalasHapusBenar-benar suatu kemajuan... :)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus