Helatan pemilihan presiden yang dipenuhi dengan
hingar-bingar, bahkan tak jarang caci-maki, fitnah, dan sumpah serapah, kali
ini benar-benar membawa suasana yang berbeda bagi saya. Berbeda karena, tak
seperti pemilu yang sudah-sudah, orang-orang sudah tak lagi malu-malu
menunjukkan afiliasi politik mereka kepada salah satu dari dua calon yang
sedang berlaga. Teman-teman saya, baik yang di dunia maya dan di dunia nyata,
yang dulunya nampak apatis, sekarang tidak. Postingan mereka memenuhi linimasa
saya dan obrolan-obrolan sambil lalu kami pun tak jarang menyerempet ke soal
pemilihan presiden dan segala dinamikanya. Peran media sosial sebagai saluran
aspirasi di dunia yang semakin cair dan tak berjarak menjadi salah satu faktor
yang paling dominan.
Secara pribadi, saya senang-senang aja dengan perkembangan
ini. Setidaknya saya jadi tahu bagaimana cara teman-teman saya berpikir dan
bagaimana cara mereka menganalisa sesuatu hingga menjadi sebuah kesimpulan yang
sama-sama bisa dikritisi. Khusus di media sosial, kadang saya merespons
postingan beberapa teman yang tak jarang meluas pada diskusi-diskusi yang
hangat. Diskusi yang memaksa saya untuk memeras nalar dan juga menggali kembali
dasar sebuah pemahaman dari keyakinan yang saya miliki selama ini. Saya sangat
menikmati diskusi-diskusi itu, karena kami bisa saling bertukar pikiran dan
ujung-ujungnya bisa saling memahami posisi kami masing-masing dari sebuah
peristiwa yang sama.
Kadang, saya mendiamkan beberapa postingan yang provokatif,
yang andai akan saya respon tentu sang pembuat postingan akan merasa senang
karena “umpannya” telah berhasil memancing respon yang, entah sengaja atau
tidak, sedang diprovokasinya. Saya juga suka senyum-senyum sendiri menyaksikan
postingan teman-teman saya yang kontra dengan apa yang saya dukung. Tapi cukup
sampai di situ saja, karena untuk hal-hal tertentu yang sudah disikapi dengan
jelas, saya cenderung bermain “aman” dengan tidak masuk ke dalam perangkap
mereka dan mencukupkan diri dengan menolerir apa yang mereka posting/katakan.
Di sisi lain, perhelatan pilpres kali ini telah memaksa saya
untuk kembali membuka literatur-literatur terkait perjalanan bangsa ini yang
rumit dan berliku. Sejak dulu, saya memang tidak terlalu tertarik dengan
buku-buku sejarah nasional karena ketidakjelasan kontennya diakibatkan penguasaan
narasi sejarah oleh beberapa pihak. Namun dengan seiring berkembangnya situasi
dan ternyata ada banyak hal-hal mengejutkan yang seolah keluar dari
persemayamannya hingga akhirnya membuat orang-orang baru nyadar dan ngeh dengan
eksistensinya yang selama ini tidak terungkap, membuat saya harus membuka-buka
kembali literatur yang sempat saya tinggalkan sejak lama. Saya lalu membeli
buku-buku yang saya anggap perlu demi memuaskan rasa ingin tahu saya terhadap
objek yang sedang saya perhatikan. Saya juga membaca artikel-artikel yang saya
ungguh dari internet, menyesapnya perlahan-lahan, mengunyah dan mencernanya di
dalam kepala, menyambungkannya dengan nalar dan logika, agar tercipta satu
narasi utuh yang bisa saya jadikan pegangan dalam memandang kondisi bangsa dan negara
ini secara jujur.
Oleh karenanya, saya hendak mengucapkan terima kasih kepada
siapapun, baik yang pro dan kontra dengan saya dalam diskusi-diskusi yang kita
lakukan; atau kepada mereka, para ahlul nyinyir yang postingannya kerap saya
baca tanpa komentari di media sosial; atau kepada mereka yang kerap berdiskusi
dengan saya dalam beberapa kesempatan yang ada; atau kepada siapapun yang telah
meramaikan linimasa media sosial saya dengan segala polah-tingkah dan
latar-belakang pemikirannya; sehingga saya kembali bersemangat untuk membuka
buku dan literatur tentang sejarah bangsa ini, bangsa yang besar yang tak
pernah lepas dari nestapa ini. Saya yakin, mempelajari masa lalu, membacai
sejarah, bukan untuk membuat kita larut dalam nostalgia semu dan kebanggaan
yang tidak produktif, tapi untuk mencari spirit bangsa ini dalam meraih takdir
kesuksesannya di masa depan.
Sekali lagi saya ucapkan terima kasih. [wahidnugroho.com]
Kilongan, Juli 2014
0 celoteh:
Posting Komentar