Mungkin jodoh memang seperti itu. Ia bisa saja seseorang yang namanya begitu akrab di telingamu. Ia bisa saja seseorang yang namanya sering kau ucap dan sebut-sebut. Ia bisa saja seseorang yang namanya kerap kau tuliskan dalam catatan pribadimu. Ia bisa saja seseorang yang sedang duduk di belakangmu. Ia bisa saja seseorang yang tak sengaja menyenggol jatuh berkasmu. Ia bisa saja seseorang yang sesekali menyapamu. Tapi semua itu tak memberi makna apa-apa bagimu. Tak ada getar-getar jiwa. Tak ada kenang-kenang rasa. Segalanya terasa biasa saja tanpa makna. Atau mungkin belum. Belum waktunya. Mungkin.
Mungkin jodoh memang seperti itu. Ia mungkin sedang duduk di rumahnya saat ini, atau tengah bekerja menjemput takdirnya di kantornya, di terminal, di pelabuhan. Mungkin juga ia sedang duduk di pasar, di toko buku, di tepi laut, di atas gunung. Bisa jadi ia sedang berada di seberang lautan, seberang pulau, seberang benua. Bisa jadi ia sedang bergulat dengan kesulitan-kesulitan hidupnya. Dan karenanya ia belum bisa bertemu denganmu. Dan karenanya ia belum dapat berjumpa denganmu. Kau tak pernah tahu. Atau mungkin belum. Belum waktunya. Mungkin.
Mungkin jodoh memang seperti itu. Segalanya tampak tidak mungkin pada awalnya. Semuanya terasa begitu mustahil pada mulanya. Segalanya terlihat tak mudah dan sulit awalmulanya. Tapi benang merah takdir senantiasa menghubungkan mereka berdua. Bekerja dalam diam, tanpa suara, hanya lewat pertanda. Maka bukalah matamu lebar-lebar, pertajam pendengaranmu benar-benar, karena ia mungkin saja sedang menunggumu tak jauh dari tempat berdirimu saat ini. Menyebut-nyebut namamu diantara rapalan namaNya. Kau takkan pernah tahu. Atau mungkin belum. Belum waktunya. Mungkin. [wahidnugroho.com]
Kilongan, Agustus 2014
0 celoteh:
Posting Komentar