Sabtu
(26/9) kemarin, saya berkunjung ke rumah bu Herawati. Beliau adalah mantan
dekan FKM Untika yang sedang mengambil studi doktoral di Unhas. Suaminya, pak
Isnanto Bidja atau biasa kami panggil pak Nanto, adalah dekan Fakultas Hukum
Untika. Di rumahnya yang tinggi menjulang di komplek BTN Nusagriya, saya datang
sekitar pukul 16.40an. Sangat terlambat dari janji awal pukul 16.00. Sebabnya adalah
karena saya harus menunggu putri bungsu saya, Gendis, bangun tidur terlebih
dahulu. Berhubung dia tidur siang sudah menjelang sore, bangunnya pun jadi
terlambat.
Acara kumpul-kumpul
ini sebenarnya sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari antara kami para alumni
Kelas Inspirasi Banggai #2 dan beberapa teman dari komunitas Penyala Banggai
yang akan mengadakan hajatan besar bernama RuBI, atau Ruang Berbagi Inspirasi
pada bulan Oktober nanti. Saya sendiri, konon, masuk sebagai panitia di bidang
acara, meski saya, jujur saja, belum melihat TOR yang telah direvisi oleh
teman-teman panitia yang lain karena memang belum sempat mengunduhnya. Selain rapat
tentang persiapan RuBI, acara sore itu sekaligus membahas persiapan acara
Perpus On The Road yang embrionya sudah sempat dibicarakan pekan lalu di Hotel
Gemilang di komplek Rajawali bersama orang-orang yang sama pula.
Meski
sempat salah masuk rumah orang, akhirnya sampai juga saya di rumah bu Hera. Di sana
sudah berkumpul banyak orang. Setelah menyerahkan asinan Betawi, sebagaimana
janji saya di grup, saya lalu meminta diri sebentar untuk mengantarkan istri
mengikuti pengajian di Kampung Baru. Selesai mengantar istri, saya kembali
bergabung bersama teman-teman di rumah bu Hera. Dalam pertemuan itu, saya lebih
banyak mengambil posisi sebagai pendengar, meski sesekali ikutan nyeletuk juga.
Saya ingin mempelajari bagaimana caranya anak-anak muda ini – termasuk saya
juga, hehe – mendiskusikan sebuah hajatan yang cukup besar di tengah himpitan
masalah, utamanya soal dana. Sebuah masalah yang klise sebenarnya. Akan tetapi,
saya mendapati wajah-wajah yang penuh semangat. Wajah-wajah yang menghabiskan
masa mudanya memikirkan solusi dari segala problematika bangsa yang begitu menumpuk-numpuk.
Saya belajar banyak dari mereka.
Setelah mukaddimah
tentang persiapan RuBI sudah digelontorkan, tiba waktunya makan-makan. Hidangan
yang disediakan oleh tuan rumah sangat menggugah selera meski menunya cukup sederhana.
Saya mengambil makanan bernama Putu Palu. Semacam olahan ketan yang dibaluri
parutan kelapa – sama kayak lupis – tapi dimakan bareng balado ikan Nikei. Ikan
Nikei adalah semacam ikan teri yang hidup di muara sungai yang berbatasan
dengan laut. Rasanya asin gurih. Mirip dengan ikan teri nasi atau teri Medan. Rasa-rasanya,
sudah lama sekali saya tidak makan putu Palu. Kali terakhir mungkin sekitar
delapan atau sembilan bulan yang lalu ketika saya dan istri masih berjualan
bubur di depan SD Pembina. Kebetulan pemilik kios yang juga membuka toko
kelontong di depan rumahnya menjual putu Palu.
Setelah makan
dan salat Maghrib, pembicaraan dilanjutkan. Kali ini rapat dibagi per bidang. Saya
di bidang acara bersama Dhian dan Tuti. Didampingi dengan Steva dan Rama. Sayang,
kebersamaan saya dengan mereka tertunda sejenak. Istri saya minta dijemput
karena acaranya sudah selesai. Setelah meminta diri kepada Dhian cs dan tuan
rumah, saya bertolak ke Kampung Baru untuk menjemput istri dan anak-anak saya
di sana. Setelah mengantarkan mereka pulang ke rumah, saya shalat Isya sebentar
di masjid komplek dan langsung turun ke Nusagriya setelah selesai.
Ketika pembicaraan
tentang RuBI sudah selesai, tiba giliran pembahasan tentang acara Perpus On The
Road. Tempat sudah ditentukan, tanggal pun sudah, tinggal formatnya seperti
apa. Saya menjelaskan dengan ringkas dan meminta kepada teman-teman agar masing-masing
komunitas membawa benderanya sendiri saat acara itu dihelat. Saya dengan Rumah
Baca Jendela Ilmu dan teman-teman Penyala Banggai dengan benderanya. Menurut saya,
semakin banyak bendera semakin bagus karena menunjukkan bahwa Luwuk punya
banyak komunitas yang concern ke bidang literasi. Adapun acaranya itu sendiri akan berada di
bawah nama Komunitas Literasi Luwuk. Well, setidaknya itu ide saya pribadi yang
kemarin terlupa untuk disampaikan kepada teman-teman hehe.
Bu Hera
berharap agar acara tersebut melibatkan unsur pemerintah, dalam hal ini
Perpusda. Saya sendiri menyambut baik usulan itu dan teman-teman yang lain pun
demikian. Hanya saja, kami masih belum menemukan waktu yang tepat untuk mengadakan
pertemuan dengan pak Wiwit (Suwitno Abusama) yang merupakan Kepala Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Banggai, meski rumahnya hanya berjarak
selemparan batu dengan rumah bu Hera. Semoga pekan depan agenda pertemuan itu
bisa terlaksana.
Acara kumpul-kumpul
malam itu juga sedikit membahas tentang agenda peresmian rumah baca di Moilong
yang digagas oleh mas Hanif, Pengajar Muda Indonesia yang ditugaskan di sana. Saya,
dengan sangat berat hati, tidak bisa menghadiri acara yang menarik itu. Namun
saya menawarkan mobil saya agar bisa dipakai teman-teman yang mau berangkat ke
sana. Teman-teman setuju. Rencananya besok mereka akan berangkat pukul 1 siang
dan berkumpul di rumah Tuti. Saya sepakat untuk mengantarkan mobil itu ke
kantor dan bertemu dengan Anggi yang sedianya akan bertindak sebagai supir ke
Moilong.
Selesai acara,
saya sempat berbicara dengan bu Hera mengenai beberapa buku yang menarik
perhatian saya di rak bukunya. Saya lalu berbincang sebentar mengenai buku-buku
itu dan meminta kepada bu Hera agar saya bisa mengasuh buku-buku tersebut. Saya
merasa sayang bahwa buku sebagus itu tidak dimanfaatkan dan hanya diselimuti
debu. Bu Hera memenuhi keinginan saya dan saya sangat berterima kasih kepada
beliau. Ketika kami semua berpisah dan pulang ke rumah masing-masing, saya
menyempatkan diri membaca dua bagian dari dua buku itu yang sejak kali pertama
saya baca sudah menarik perhatian saya: tentang PKS dan Hasan Al Banna, sebelum
saya tidur.
Benar-benar
hari yang padat. Setelah menghadiri aqiqah, membagi daging kurban sisa
pemotongan sapi di kantor, dan menghadiri pertemuan di rumah bu Hera, saya baru
bisa tidur pukul 00.20 WITA dan terbangun kesiangan karenanya. [wahidnugroho.com]
Kilongan, September 2015
0 celoteh:
Posting Komentar