Tempo hari saya membaca artikel tentang profil
masjid Jogokariyan. Salah satu hal yang menarik perhatian saya adalah soal
undangan shalat ke masjid yang dibuat secara bagus lalu diedarkan kepada warga
sekitar. Saya jadi ingin mempraktekkan teknik itu kepada warga BTN Muspratama,
komplek tempat saya tinggal saya ini.
Bukan kenapa. Jumlah jamaah shalat fardhu di
masjid Ar Rahman sangat minim. Shalat maghrib kadang tidak sampai dua shaf. Shalat
isya dan shubuh lebih sepi lagi. Memang, saya mafhum. Kebanyakan warga komplek
adalah orang sibuk; ada pegawai negeri, tukang ojek, buruh, pegawai swasta, dan
lain-lain. Ditambah jarak komplek dari kota Luwuk lumayan jauh. Sehingga kebanyakan
warga yang baru pulang dari kantor akan langsung beristirahat meski suara
speaker masjid merobek keheningan langit. Ditambah dengan lokasi masjid yang
berada di bawah komplek yang konturnya menanjak, membuat suara speaker jadi
tidak dapat menjangkau blok-blok yang letaknya ada di belakang.
Namun, ide membuat surat undangan ini boleh
juga untuk dicoba. Selepas shalat Isya tadi saya sebenarnya berniat untuk
mengutarakan ide ini kepada ketua takmir, tapi urung karena beliau tidak hadir
di masjid. Mungkin setelah shalat Maghrib besok akan saya sampaikan kepada
beliau. Konsepnya sederhana saja. Surat undangan berisi kata-kata singkat untuk
mengajak warga shalat berjamaah dan memakmurkan masjid. Targetnya minimal
memakmurkan waktu-waktu shalat jahr seperti Maghrib dan Isya, syukur-syukur
bisa berlanjut ke shalat Subuh.
Uniknya, yang meramaikan masjid kebanyakan
justru anak-anak muda, termasuk anak-anak remaja dan anak-anak berumur
tanggung. Meski mereka harus selalu digesa, kehadiran mereka dalam jumlah yang
cukup banyak perlu dikelola dengan baik agar kedatangan mereka ke masjid bisa
berimbas pada kondusivitas komplek. Saya sebenarnya berniat mengadakan
pengajian remaja, namun masih terkendala waktu. Alhasil, istri saya yang
mengambil alih mengisi pengajian anak-anak meski baru bisa dilaksanakan satu
jam saja setiap hari Senin sampai Kamis.
Pengajian bapak-bapak pun setali tiga uang. Acara
yasinan yang sedianya dilaksanakan setiap pekan di hari Jumat belakangan ini
mandeg seiring makin menyusutnya anggota yasinan. Semoga saja, dengan adanya
terobosan membuat surat undangan ini bisa kembali memakmurkan masjid dan
menghidupkan agenda-agenda silaturahim warga komplek agar kami bisa lebih
saling mengenal.
Semoga saja niat ini bisa terlaksana.
[wahidnugroho.com]
Kilongan, September 2015
0 celoteh:
Posting Komentar