Di enam tahun pertama, kita akan lebih banyak bicara ketimbang mereka.
Di enam tahun yang kedua, kita akan lebih banyak mendengar dan menyimak keluh-kesah mereka ketimbang mengumbar kata-kata.
Di enam tahun yang ketiga, kita harus tahu kapan waktunya menjadi pendengar dan kapan waktunya harus berbicara.
Di enam tahun yang keempat, kita perlu bersiap mengelus dada dan meluaskan rongga jiwa.
Di enam tahun yang kelima, kita akan kembali ke fase awal, tapi lawan bicara kita bukan lagi mereka, melainkan anak-anak dari anak-anak mereka.
Di enam tahun yang keenam, kita menghabiskan sisa hidup dengan saling mengenang merahjingga masa muda, lengkap dengan kebodohan-kebodohannya.
Di enam tahun yang ketujuh, aku tak tahu apakah sisa umurku dan umurmu masih berada pada lajur takdir yang sama.
Meruya, Juli 2017
Rabu, 27 September 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 celoteh:
Posting Komentar